apa pola yang sering di jumpai ketika orang berbohong ?

Mendeteksi kebohongan itu kompleks dan tidak ada pola tunggal yang 100% akurat, karena setiap orang bereaksi berbeda di bawah tekanan. Namun, ada beberapa pola umum yang sering dijumpai ketika seseorang berbohong, baik dalam perilaku verbal maupun non-verbal. Penting untuk melihat kumpulan pola dan perubahan dari perilaku normal seseorang, bukan hanya satu tanda saja.


Pola Non-Verbal (Bahasa Tubuh dan Ekspresi Wajah)

  1. Perubahan Kontak Mata:
    • Menghindari kontak mata: Ini adalah salah satu tanda paling umum. Orang yang berbohong mungkin merasa tidak nyaman atau bersalah dan berusaha memalingkan pandangan.
    • Menatap terlalu tajam atau kaku: Beberapa pembohong, terutama yang lebih mahir, mungkin sengaja mempertahankan kontak mata yang intens dan tidak alami untuk mencoba meyakinkan Anda.
    • Mata sering berkedip atau bergerak gelisah: Peningkatan kedipan mata atau mata yang bergerak ke sana kemari bisa menjadi tanda kecemasan atau “beban kognitif” saat berbohong.
  2. Gerakan Tubuh yang Tidak Konsisten atau Berlebihan:
    • Gestur yang tidak sesuai dengan ucapan: Misalnya, mengatakan “ya” tapi kepala sedikit menggeleng, atau mengatakan “tidak” tapi mengangguk.
    • Gerakan menahan diri (blocking gestures): Menyilangkan tangan di dada, memegang leher, atau menutupi mulut/hidung secara tidak sadar. Ini bisa menjadi upaya untuk “menutup diri” atau menekan kebohongan.
    • Gelisah berlebihan (fidgeting): Menggaruk hidung, mengusap leher, membetulkan pakaian, mengetuk-ngetukkan kaki, atau meremas-remas tangan. Ini menunjukkan ketidaknyamanan.
    • Gerakan yang terlalu kaku atau minim: Beberapa pembohong mungkin berusaha terlalu keras untuk terlihat tenang sehingga gerakan mereka menjadi kaku dan tidak alami, atau mereka justru minim gerakan tangan sama sekali.
  3. Ekspresi Wajah:
    • Ekspresi mikro: Ekspresi wajah yang berlangsung sangat singkat (sepersekian detik) yang menunjukkan emosi sejati yang bertentangan dengan apa yang diucapkan (misalnya, senyum palsu yang tidak mencapai mata, atau kerutan cemas yang cepat menghilang).
    • Wajah memerah atau pucat, berkeringat: Reaksi fisik terhadap stres dan kecemasan karena berbohong.
    • Bibir kering atau sering menjilat bibir: Juga akibat kecemasan dan dehidrasi ringan.

Pola Verbal (Pola Bicara dan Konten)

  1. Perubahan Pola Bicara:
    • Suara berubah: Nada suara bisa menjadi lebih tinggi, lebih rendah, atau volume suara menjadi lebih pelan atau lebih keras dari biasanya.
    • Jeda atau ragu-ragu: Lebih sering menggunakan “umm,” “uhh,” atau jeda yang lama sebelum menjawab, karena mereka sedang menyusun cerita palsu.
    • Terbata-bata atau gagap: Kesulitan dalam merangkai kata-kata secara lancar.
    • Mengulang pertanyaan: Mengulang pertanyaan yang diajukan untuk memberi waktu berpikir atau menyusun jawaban.
  2. Konten dan Struktur Cerita:
    • Kurang detail atau terlalu detail: Pembohong mungkin menghindari memberikan detail yang mendalam karena tidak ingin terjebak dalam kebohongan mereka. Atau, sebaliknya, mereka bisa memberikan terlalu banyak detail yang tidak relevan atau tidak penting untuk membuat cerita terdengar lebih “nyata” dan meyakinkan.
    • Cerita tidak konsisten: Jika ditanya kembali tentang hal yang sama di lain waktu, detail cerita bisa berubah atau bertentangan.
    • Menghindari kata ganti orang pertama (“saya”): Cenderung menggunakan kata ganti orang ketiga (“dia”, “mereka”) untuk menjauhkan diri dari kebohongan.
    • Menggunakan frasa pengisi atau penekanan: Sering mengatakan “sejujurnya…”, “terus terang saja…”, “sumpah saya…”, untuk mencoba meyakinkan.
    • Berusaha mengalihkan topik: Dengan cepat mencoba mengubah subjek pembicaraan.
    • Terlalu defensif atau marah: Ketika ditantang atau dipertanyakan, pembohong bisa bereaksi dengan kemarahan atau sikap defensif yang berlebihan, mencoba membalikkan situasi.

Penting untuk Diingat:

  • Baseline Behavior: Hal terpenting adalah mengamati perubahan dari perilaku normal seseorang. Apa yang mungkin menjadi tanda kebohongan bagi satu orang, bisa jadi perilaku normal bagi orang lain (misalnya, seseorang yang memang jarang melakukan kontak mata).
  • Konteks: Selalu pertimbangkan konteks situasi. Seseorang bisa gugup karena alasan lain (misalnya, malu, takut dimarahi, atau cemas) yang bukan karena berbohong.
  • Tidak Ada Tanda Pasti: Tidak ada “satu tanda ajaib” yang secara pasti menunjukkan kebohongan. Selalu cari kombinasi pola dan inkonsistensi.

Mengenali pola-pola ini bisa membantu, tetapi keahlian ini membutuhkan pengamatan dan pemahaman yang cermat tentang individu yang bersangkutan.


Eksplorasi konten lain dari Goonung

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.

Atas ↑