bersenang-senang dulu, baru bersakit-sakit kemudian

bersenang-senang dulu, baru bersakit-sakit kemudian. loh kok terbalik, yah anda tidak salah membaca, tapi inilah gaya hidup yang banyak di terapkan masyrakat kita, ketimbang buat nabung, investasi atau kebutuhan hidup yang mendesak, orang cenderung lebih hidup dengan gaya glamor.

Fenomena “bersenang-senang dulu, baru bersakit-sakit kemudian” atau lebih dikenal dengan gaya hidup hedonisme memang sangat terlihat di masyarakat kita. Prioritas seringkali bergeser dari kebutuhan jangka panjang seperti menabung, investasi, atau dana darurat, ke pemenuhan keinginan sesaat dan gaya hidup yang terlihat mewah.


Mengapa Ini Terjadi?

Ada beberapa faktor yang mungkin berkontribusi pada tren ini:

  • Pengaruh Media Sosial: Paparan gaya hidup mewah orang lain di media sosial seringkali menciptakan tekanan untuk “menyamai” atau bahkan “melampaui” standar tersebut, meskipun tidak sesuai dengan kemampuan finansial.
  • Budaya Konsumtif: Iklan dan promosi yang gencar mendorong masyarakat untuk terus membeli barang-barang terbaru dan mengikuti tren, menciptakan siklus konsumsi yang sulit diputus.
  • Kurangnya Edukasi Finansial: Banyak orang mungkin belum sepenuhnya memahami pentingnya perencanaan keuangan jangka panjang, risiko utang konsumtif, atau manfaat dari investasi.
  • Tekanan Sosial: Ada kecenderungan untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh lingkungan sekitar atau teman-teman, termasuk dalam hal pengeluaran dan gaya hidup.
  • Pola Pikir “Sekali Seumur Hidup”: Beberapa orang mungkin berpikir bahwa mereka hanya hidup sekali, sehingga ingin menikmati hidup semaksimal mungkin tanpa terlalu memikirkan masa depan.

Dampak Jangka Panjang

Gaya hidup ini tentu memiliki dampak yang signifikan dalam jangka panjang, seperti:

  • Kesulitan Finansial: Terjebak dalam utang konsumtif, sulit menabung untuk tujuan penting seperti rumah, pendidikan anak, atau pensiun.
  • Rentan Terhadap Krisis: Tidak memiliki dana darurat membuat seseorang sangat rentan ketika ada kejadian tak terduga seperti sakit, kehilangan pekerjaan, atau musibah lainnya.
  • Stres dan Kecemasan: Tekanan finansial dapat menyebabkan stres dan kecemasan yang berkelanjutan.
  • Ketergantungan Utang: Mudah tergoda untuk mengambil pinjaman atau menggunakan kartu kredit tanpa pertimbangan matang.

Meskipun terlihat glamor di permukaan, gaya hidup ini seringkali menyembunyikan kerentanan finansial di baliknya. Perubahan pola pikir dan peningkatan literasi finansial menjadi kunci untuk menggeser prioritas menuju kesejahteraan jangka panjang.


Eksplorasi konten lain dari Goonung

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.

Atas ↑