banyak di kota besar di indonesia di jakarta misalnya banyak preman, pungli, tukang parkir, pak ogah yang menjamur di jalanan, kenapa tidak menerjunkan patroli polisi berjalan untuk kota kota besar saja seperti di hongkong dan jepang agar wna yang mau berinvestasi atau turis yang datang bisa melihat keamanan negara kita ?

keprihatinan yang dirasakan banyak orang di kota-kota besar Indonesia, termasuk Jakarta, terkait masalah premanisme, pungutan liar (pungli), parkir liar, dan “pak ogah”. Keberadaan mereka memang dapat menciptakan citra negatif dan rasa tidak aman, terutama bagi warga negara asing (WNA) yang berpotensi berinvestasi.

Ada beberapa alasan mengapa pengerahan polisi berjalan kaki secara masif dan rutin di setiap sudut jalan di kota-kota besar Indonesia mungkin menghadapi tantangan, meskipun ide ini memiliki potensi manfaat:

Tantangan dalam Pengerahan Polisi Berjalan Kaki Skala Besar:

  • Jumlah Personel Kepolisian yang Terbatas: Seperti yang disebutkan sebelumnya, rasio polisi per penduduk di Indonesia mungkin tidak sebanding dengan Hong Kong. Untuk menempatkan dua polisi di setiap sudut jalan secara rutin di kota sebesar Jakarta, akan membutuhkan jumlah personel yang sangat besar.
  • Luas Wilayah dan Kompleksitas Kota: Jakarta adalah kota metropolitan yang sangat luas dengan jaringan jalan yang kompleks. Mencakup seluruh area dengan patroli berjalan kaki akan menjadi tugas yang sangat berat dan membutuhkan sumber daya yang besar.
  • Anggaran dan Logistik: Pengerahan personel dalam jumlah besar memerlukan anggaran yang signifikan untuk gaji, tunjangan, perlengkapan, dan logistik lainnya. Ini bisa menjadi kendala dalam alokasi anggaran kepolisian secara keseluruhan.
  • Efektivitas dan Prioritas: Kepolisian mungkin memiliki pertimbangan strategis lain terkait metode patroli yang dianggap lebih efektif dalam memberantas jenis kejahatan tertentu atau menjangkau area yang lebih luas. Mereka mungkin memprioritaskan patroli bermotor untuk mobilitas dan respons yang lebih cepat.
  • Keterbatasan Infrastruktur Pendukung: Untuk patroli berjalan kaki yang efektif, dibutuhkan infrastruktur pendukung seperti pos-pos polisi kecil di lokasi strategis dan sistem komunikasi yang handal.

Upaya yang Sudah Dilakukan (Meskipun Belum Sepenuhnya Efektif):

Pemerintah dan kepolisian sebenarnya telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah premanisme dan pungli, termasuk:

  • Operasi Pemberantasan Premanisme: Kepolisian secara berkala menggelar operasi untuk menindak preman dan pelaku pungli.
  • Penertiban Parkir Liar: Pemerintah daerah dan kepolisian sering melakukan penertiban terhadap parkir liar.
  • Pembinaan “Pak Ogah”: Ada upaya untuk memberikan pelatihan dan alternatif pekerjaan bagi “pak ogah”.
  • Peningkatan Patroli (Meskipun Tidak Selalu Berjalan Kaki): Kepolisian terus berupaya meningkatkan patroli di berbagai wilayah, meskipun mungkin lebih dominan menggunakan kendaraan bermotor.
  • Penguatan Satpol PP: Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) juga memiliki peran dalam penertiban ketertiban umum.

Mengapa Persepsi Negatif Tetap Ada:

Meskipun ada upaya, beberapa faktor menyebabkan persepsi negatif dan keberadaan premanisme, pungli, dan parkir liar tetap terasa:

  • Kurangnya Efektivitas Penindakan: Penindakan terkadang dianggap kurang konsisten atau tidak menjangkau seluruh akar permasalahan.
  • Faktor Ekonomi dan Sosial: Masalah-masalah ini seringkali terkait dengan masalah ekonomi dan sosial yang kompleks, seperti pengangguran dan kurangnya lapangan kerja.
  • Oknum yang Terlibat: Tidak jarang ada oknum tertentu yang justru “memelihara” atau mendapatkan keuntungan dari praktik-praktik ilegal ini.
  • Keterbatasan Jangkauan Aparat: Dengan luasnya wilayah dan keterbatasan personel, aparat keamanan mungkin kesulitan menjangkau seluruh potensi titik masalah secara terus-menerus.

Potensi Manfaat Peningkatan Patroli Berjalan Kaki:

Meskipun ada tantangan, peningkatan patroli berjalan kaki di area-area strategis kota besar memang bisa memberikan beberapa manfaat:

  • Meningkatkan Kehadiran Polisi yang Terlihat: Ini dapat memberikan rasa aman yang lebih besar kepada masyarakat dan WNA.
  • Mencegah Tindak Kriminalitas: Kehadiran polisi yang aktif dapat menjadi langkah pencegahan yang efektif.
  • Respons Lebih Cepat di Area Tertentu: Di area padat pejalan kaki, polisi berjalan kaki dapat merespons kejadian lebih cepat.
  • Membangun Kedekatan dengan Masyarakat: Patroli berjalan kaki memungkinkan polisi berinteraksi lebih dekat dengan masyarakat, membangun kepercayaan, dan mendapatkan informasi.
  • Menciptakan Citra Positif: Kehadiran polisi yang ramah dan membantu dapat memberikan kesan positif kepada WNA tentang keamanan dan ketertiban di Indonesia.

Kesimpulan:

Mewujudkan patroli berjalan kaki secara masif dan rutin di seluruh sudut kota besar seperti Jakarta adalah tantangan besar yang memerlukan perencanaan matang, alokasi sumber daya yang signifikan, dan komitmen yang kuat. Meskipun demikian, peningkatan patroli berjalan kaki di area-area kunci dan strategis dapat menjadi salah satu langkah penting untuk meningkatkan keamanan, ketertiban, dan citra positif Indonesia di mata investor asing. Pemerintah dan kepolisian perlu terus mengevaluasi strategi yang ada dan mencari solusi inovatif untuk mengatasi masalah premanisme dan pungli demi menciptakan lingkungan yang lebih aman dan kondusif bagi semua.

bila kita tahu itu baik untuk investor asing atau turis asing kenapa kita tidak berusaha daripada terlihat kurang aman dan nyaman, lebih baik berkorban dan berusaha untuk sesuatu yang kelihatan baik, daripada tidak ada solusi, selain juga berjalan juga bisa membuat polisi lebih disiplin dan kesehatan lebih terjaga ?

Anda benar sekali. Logika Anda sangat kuat dan masuk akal. Jika kita menyadari bahwa kehadiran polisi berjalan kaki yang rutin dan terlihat dapat memberikan dampak positif yang signifikan terhadap citra keamanan dan kenyamanan negara, terutama bagi investor dan turis asing, maka seharusnya ada upaya yang lebih besar dan terstruktur untuk mewujudkannya.

Poin-poin yang Anda sebutkan sangat relevan:

  • Dampak Positif pada Citra Negara: Keamanan dan kenyamanan adalah faktor krusial bagi investor dan turis. Lingkungan yang terlihat aman dan tertib akan meningkatkan kepercayaan dan daya tarik Indonesia sebagai tujuan investasi dan pariwisata.
  • “Berkorban dan Berusaha”: Investasi dalam keamanan, meskipun memerlukan sumber daya, seharusnya dilihat sebagai investasi jangka panjang untuk pertumbuhan ekonomi dan citra bangsa.
  • Tidak Ada Solusi Lain: Membiarkan masalah premanisme dan pungli berlarut-larut tanpa upaya yang lebih konkret akan terus merugikan citra dan potensi ekonomi negara.
  • Disiplin dan Kesehatan Polisi: Patroli berjalan kaki juga memiliki manfaat internal bagi kepolisian, seperti meningkatkan disiplin dan menjaga kesehatan fisik personel.

Mengapa Implementasi Masih Terhambat (Kemungkinan Alasan Tambahan):

Selain tantangan sumber daya yang telah disebutkan, mungkin ada faktor lain yang menghambat implementasi patroli berjalan kaki skala besar:

  • Persepsi Prioritas: Mungkin ada persepsi di tingkat kebijakan bahwa ada prioritas lain yang dianggap lebih mendesak atau memiliki dampak yang lebih langsung.
  • Resistensi Internal: Mungkin ada resistensi dari dalam organisasi kepolisian terkait perubahan metode patroli yang dianggap lebih melelahkan atau kurang efektif oleh sebagian personel.
  • Kurangnya Perencanaan dan Koordinasi: Implementasi program patroli berjalan kaki skala besar memerlukan perencanaan yang matang, koordinasi antar unit, dan dukungan dari berbagai pihak terkait (pemerintah daerah, dll.).
  • Evaluasi yang Kurang Komprehensif: Mungkin belum ada evaluasi yang mendalam dan komprehensif mengenai dampak positif potensial dari patroli berjalan kaki terhadap citra negara dan investasi.
  • Fokus pada Penindakan Reaktif: Mungkin fokus saat ini lebih berat pada penindakan setelah terjadinya tindak kejahatan (reaktif) daripada pencegahan melalui kehadiran polisi yang terlihat (preventif).

Langkah yang Mungkin Dilakukan:

Untuk mewujudkan gagasan patroli berjalan kaki yang lebih efektif, beberapa langkah yang bisa dipertimbangkan:

  • Pilot Project di Area Strategis: Memulai proyek percontohan di area-area yang paling sering dikunjungi turis dan calon investor.
  • Kerja Sama dengan Sektor Pariwisata dan Investasi: Melibatkan pihak-pihak terkait untuk memahami kebutuhan mereka dan mengukur dampak positif dari peningkatan keamanan.
  • Peningkatan Anggaran dan Alokasi Sumber Daya yang Tepat: Mengalokasikan anggaran yang memadai untuk menambah personel dan mendukung program patroli berjalan kaki.
  • Pelatihan dan Motivasi Personel: Memberikan pelatihan yang sesuai dan memotivasi personel untuk melaksanakan patroli berjalan kaki dengan baik.
  • Pemanfaatan Teknologi: Mengintegrasikan teknologi (misalnya, body camera, sistem pelaporan cepat) untuk mendukung efektivitas patroli.
  • Kampanye Kesadaran: Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya keamanan dan peran polisi dalam menciptakan lingkungan yang kondusif.
  • Evaluasi dan Penyesuaian Berkelanjutan: Melakukan evaluasi berkala terhadap efektivitas program dan melakukan penyesuaian yang diperlukan.

Dengan adanya kesadaran akan manfaat jangka panjang dan kemauan untuk “berkorban dan berusaha”, Indonesia memiliki potensi besar untuk meningkatkan citra keamanan dan kenyamanan di kota-kota besarnya. Langkah-langkah konkret dan terencana sangat dibutuhkan untuk mewujudkan perubahan positif ini.


Eksplorasi konten lain dari Goonung

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.

Atas ↑