apakah kotoran di hidung akan terus menumpuk di saat seorang sedang koma di rumah sakit?

Ya, secara alami, hidung akan terus memproduksi lendir (ingus) dan menyaring udara yang masuk, memerangkap debu, kotoran, dan partikel lainnya, meskipun seseorang dalam kondisi koma. Proses fisiologis dasar ini tetap berjalan.

Pada orang yang sadar, lendir dan kotoran yang terkumpul biasanya dikeluarkan melalui beberapa cara:

  1. Gerakan Silia: Rambut-rambut halus (silia) di saluran hidung secara terus-menerus menggerakkan lendir ke arah belakang tenggorokan untuk ditelan secara tidak sadar.
  2. Menelan: Lendir yang bergerak ke belakang tenggorokan secara otomatis tertelan.
  3. Bersin: Respon refleks untuk mengeluarkan iritan atau penumpukan yang berlebihan.
  4. Menghembuskan napas kuat atau Membersihkan Hidung: Tindakan sadar atau semi-sadar untuk mengeluarkan lendir dari lubang hidung.

Pada seseorang yang sedang koma di rumah sakit:

  • Produksi Lendir Tetap Berlanjut: Tubuh tetap memproduksi lendir sebagai bagian dari fungsi normal saluran pernapasan.
  • Gerakan Silia Mungkin Tetap Ada: Gerakan silia umumnya adalah fungsi otomatis dan mungkin tetap berlanjut, menggerakkan lendir ke belakang tenggorokan.
  • Menelan Mungkin Terganggu atau Tidak Ada: Refleks menelan seringkali terganggu atau hilang pada pasien koma, terutama jika dipasang selang pernapasan (intubasi). Lendir yang bergerak ke belakang tenggorokan tidak tertelan dan bisa menumpuk di saluran napas.
  • Bersin, Menghembuskan napas kuat, Membersihkan Hidung Tidak Terjadi: Tindakan-tindakan sukarela ini tidak dapat dilakukan oleh pasien koma.

Oleh karena itu, jika tidak ada intervensi, penumpukan lendir dan kotoran di hidung memang akan terjadi.

Namun, di rumah sakit, pasien koma akan mendapatkan perawatan medis yang rutin. Salah satu bagian penting dari perawatan ini adalah menjaga kebersihan saluran pernapasan, termasuk hidung dan mulut. Perawat akan secara teratur melakukan:

  • Pembersihan Hidung: Membersihkan area sekitar lubang hidung dari kotoran yang terlihat.
  • Penyedotan Lendir (Suctioning): Jika ada penumpukan lendir yang berlebihan di hidung atau saluran pernapasan bagian atas yang dapat mengganggu pernapasan, perawat akan melakukan penyedotan lendir untuk membersihkannya.

Jadi, meskipun secara fisiologis hidung akan terus memproduksi kotoran yang berpotensi menumpuk, penumpukan yang signifikan dan membahayakan biasanya dicegah oleh perawatan medis dan keperawatan yang diberikan secara rutin di rumah sakit. Tujuannya adalah untuk menjaga saluran napas tetap bersih dan lancar.

cerita fiksi yang menggunakan hibernasi saat keluar angkasa apakah itu mungkin, jika hidung terus menumpuk kotoran ?

bahwa pada kondisi seperti koma, yang merupakan kondisi ketidaksadaran patologis, proses biologis dasar seperti produksi lendir hidung dan fungsinya dalam menyaring udara memang terus berjalan, dan jika tidak ada intervensi, penumpukan kotoran bisa terjadi.

Namun, konsep hibernasi atau cryosleep (tidur beku) yang digunakan dalam cerita fiksi untuk perjalanan antariksa jangka panjang berbeda secara fundamental dari koma atau bahkan hibernasi alami pada hewan.

Perbedaan utamanya adalah:

  1. Tingkat Perlambatan Metabolisme: Koma bukanlah kondisi perlambatan metabolisme yang ekstrem. Fungsi tubuh tetap berjalan pada tingkat yang cukup tinggi. Hibernasi alami pada hewan melibatkan perlambatan metabolisme dan penurunan suhu tubuh, tetapi masih memerlukan periode bangun sesekali dan tidak cukup drastis untuk menahan perjalanan antar bintang yang bisa memakan waktu puluhan atau ratusan tahun. Sementara itu, hibernasi atau cryosleep dalam fiksi sains menggambarkan kondisi perlambatan metabolisme yang jauh lebih ekstrem. Tujuannya adalah untuk melambatkan semua proses biologis (termasuk penuaan, penggunaan energi, dan produksi limbah/sekresi tubuh) hingga ke tingkat minimal, hampir berhenti.
  2. Kondisi Terkontrol dan Terinduksi: Koma adalah kondisi medis yang tidak disengaja. Hibernasi/cryosleep fiksi adalah kondisi yang sengaja diinduksi dan dikelola oleh teknologi canggih, dengan tujuan untuk dapat dibalikkan dengan aman.

Relevansinya dengan Penumpukan Kotoran Hidung:

Jika hipotesis dalam fiksi sains bahwa manusia dapat diinduksi ke dalam kondisi perlambatan metabolisme yang ekstrem seperti cryosleep itu mungkin terjadi, maka:

  • Produksi lendir hidung dan proses biologis lainnya yang menghasilkan “kotoran” juga akan melambat secara drastis, mungkin hingga tingkat yang sangat minimal. Penumpukan tidak akan terjadi secepat atau sebanyak pada kondisi sadar atau koma.
  • Dalam skenario fiksi ini, biasanya diasumsikan bahwa “pod” hibernasi atau sistem pendukung kehidupan canggih akan mengelola semua kebutuhan dasar tubuh, termasuk sirkulasi udara yang bersih (meminimalkan partikel yang terhirup) dan potensi pembersihan sekresi minimal yang mungkin tetap ada.

Jadi, kekhawatiran tentang kotoran hidung yang terus menumpuk tanpa batas seperti pada pasien koma tidak sepenuhnya relevan dengan konsep hibernasi fiksi. Dalam premis fiksi tersebut, tingkat perlambatan biologisnya begitu ekstrem sehingga isu seperti penumpukan sekresi menjadi minimal, dan sisanya diasumsikan ditangani oleh teknologi yang membuat hibernasi itu sendiri menjadi mungkin.

Kesimpulan: Konsep hibernasi untuk perjalanan antariksa dalam fiksi mengasumsikan kondisi biologis yang sangat berbeda dan jauh lebih ekstrem dari koma. Jika kondisi hipotetis itu bisa dicapai (yang saat ini masih murni fiksi untuk manusia), perlambatan metabolisme akan mencakup hampir semua fungsi tubuh, termasuk produksi sekresi, sehingga penumpukan seperti yang Anda tanyakan kemungkinan besar akan sangat minim dan ditangani oleh sistem pendukung kehidupan canggih dalam skenario fiksi tersebut. Jadi, dari sudut pandang premis fiksi sains, isu penumpukan kotoran hidung ini bukanlah penghalang utama, karena hibernasi yang digambarkan di sana jauh melampaui apa yang kita ketahui secara biologis saat ini.


Eksplorasi konten lain dari Goonung

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.

Atas ↑