Pertanyaan ini menyangkut dinamika sosial dan ekspektasi gender yang kompleks dalam hubungan. Tidak bisa dikatakan bahwa ini adalah aturan mutlak untuk semua individu, karena preferensi pasangan sangat bervariasi antar pribadi. Namun, ada beberapa faktor sosiologis dan budaya yang mungkin berkontribusi pada persepsi bahwa pria kaya cenderung lebih “menerima” pasangan dengan tingkat kekayaan di bawah mereka dibandingkan wanita kaya terhadap pasangan dengan tingkat kekayaan di bawah mereka:
- Peran Gender Tradisional: Secara tradisional, peran pria dalam banyak masyarakat adalah sebagai pencari nafkah utama atau kepala keluarga yang menyediakan sumber daya. Kekayaan seorang pria seringkali dilihat sebagai indikator kemampuannya untuk memenuhi peran ini. Oleh karena itu, bagi seorang pria kaya, kemampuan finansial pasangannya mungkin tidak menjadi prasyarat utama karena dia sudah merasa dapat memenuhi peran penyedia. Sebaliknya, ekspektasi tradisional terhadap wanita terkadang lebih terkait dengan peran domestik atau pendukung, meskipun ini terus berubah. Wanita kaya mungkin masih menghadapi atau memiliki ekspektasi (dari diri sendiri atau lingkungan) agar pasangannya setidaknya memiliki stabilitas finansial yang sepadan.
- Dinamika Kekuasaan dan Status: Kekayaan seringkali terkait dengan kekuasaan dan status sosial. Pria kaya sudah berada di posisi kekuasaan sosial dan ekonomi. Memiliki pasangan dengan kekayaan di bawahnya mungkin tidak secara signifikan “mengurangi” status atau kekuasaannya di mata masyarakat atau dirinya sendiri. Sementara itu, wanita kaya, yang mungkin telah mencapai kekayaan di tengah sistem yang secara historis didominasi pria, mungkin (secara sadar atau tidak sadar) mencari pasangan yang setidaknya setara atau bahkan melebihi status/kekayaannya sebagai cara untuk mempertahankan atau meningkatkan posisi sosialnya, atau menghindari dinamika di mana dia menjadi satu-satunya tumpuan finansial yang bertentangan dengan norma tradisional.
- Tekanan Sosial dan Persepsi: Masyarakat mungkin memiliki persepsi yang berbeda terhadap pasangan beda status kekayaan berdasarkan gendernya. Seorang pria kaya yang menikahi wanita yang tidak kaya seringkali dianggap “biasa” atau bahkan dermawan. Sebaliknya, seorang wanita kaya yang menikahi pria dengan kekayaan jauh di bawahnya terkadang bisa menghadapi pertanyaan, keraguan, atau stereotip negatif (“pria tersebut hanya mengincar hartanya”). Tekanan sosial ini bisa mempengaruhi preferensi seseorang.
- Kekhawatiran tentang Motif Pasangan: Wanita kaya mungkin memiliki kekhawatiran yang lebih besar mengenai motif calon pasangannya, yaitu apakah pasangannya benar-benar mencintainya atau hanya mengincar hartanya. Mencari pasangan dengan kekayaan yang setara bisa menjadi semacam “filter” awal untuk meredakan kekhawatiran ini, meskipun pria kaya juga bisa memiliki kekhawatiran serupa.
- Pilihan Pasangan (Pool of Partners): Secara statistik, populasi wanita dengan tingkat kekayaan menengah atau rendah jauh lebih besar daripada populasi pria dengan tingkat kekayaan sangat tinggi. Ini secara matematis memberikan pria kaya pilihan pasangan yang lebih luas dari berbagai latar belakang ekonomi. Sebaliknya, jumlah pria yang memiliki kekayaan setara atau lebih tinggi dari wanita kaya mungkin relatif lebih sedikit.
Penting untuk diingat bahwa faktor-faktor ini adalah generalisasi yang berbasis pada pengamatan sosial dan tren yang mungkin terjadi. Preferensi individu sangat dipengaruhi oleh kepribadian, nilai-nilai pribadi, pengalaman hidup, dan faktor-faktor lainnya, sehingga tidak semua pria kaya akan selalu memilih pasangan yang kurang kaya, begitu pula tidak semua wanita kaya akan selalu mencari pasangan yang lebih kaya atau setara. Banyak hubungan sukses terjalin di antara pasangan dengan perbedaan status ekonomi.
Eksplorasi konten lain dari Goonung
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan komentar