kenapa harus membully, tidak hanya anak dan remaja, kadang orang dewasa melakukan hal itu ?

perundungan atau bullying bukan hanya fenomena yang terjadi di kalangan anak-anak atau remaja, tapi juga bisa dialami dan dilakukan oleh orang dewasa di berbagai lingkungan, seperti tempat kerja, komunitas, atau bahkan dalam hubungan personal. Alasannya sangat kompleks dan berlapis, tidak sekadar “nakal” atau iseng.

Berikut adalah beberapa penyebab mendetail mengapa seseorang melakukan perundungan, baik di usia muda maupun dewasa:

1. Faktor Individu (Mengapa Pelaku Melakukannya?):

  • Rasa Tidak Aman dan Rendah Diri: Ini adalah salah satu akar penyebab paling umum. Pelaku bully seringkali merasa tidak aman atau memiliki harga diri yang rendah. Dengan merendahkan, menyakiti, atau mengendalikan orang lain, mereka merasa lebih kuat, superior, dan untuk sesaat merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri. Perundungan adalah cara kompensasi untuk menutupi kelemahan atau ketidakmampuan diri.
  • Kebutuhan Akan Kekuasaan dan Kontrol: Beberapa individu memiliki dorongan kuat untuk mendominasi dan mengendalikan orang lain. Perundungan memberi mereka perasaan berkuasa atas korbannya, membuat mereka merasa penting dan berpengaruh.
  • Kurangnya Empati: Pelaku bully seringkali kesulitan memahami atau merasakan apa yang dialami korbannya. Mereka mungkin tidak menyadari atau tidak peduli seberapa besar dampak negatif tindakan mereka terhadap perasaan dan kondisi mental orang lain.
  • Pengalaman Masa Lalu (Trauma atau Menjadi Korban Bully): Seseorang yang pernah menjadi korban perundungan atau mengalami trauma (misalnya, dianiaya atau diabaikan) terkadang menginternalisasi perilaku tersebut dan mengulanginya pada orang lain sebagai cara untuk mendapatkan kembali rasa kontrol atau melampiaskan kemarahan dan rasa sakit mereka.
  • Kemarahan dan Frustrasi yang Tidak Teralirkan: Orang yang memiliki banyak kemarahan, frustrasi, atau stres dalam hidupnya (mungkin dari rumah, pekerjaan, atau masalah pribadi) bisa melampiaskannya pada orang lain yang dianggap lebih lemah atau tidak berdaya.
  • Sifat Kepribadian: Beberapa sifat kepribadian, seperti agresivitas yang tinggi, impulsivitas, narsisme (merasa diri sangat penting dan kurang empati), atau kecenderungan antisosial, bisa membuat seseorang lebih rentan menjadi pelaku bully.
  • Keyakinan Akan Superioritas dan Prasangka: Perundungan seringkali dipicu oleh prasangka terhadap kelompok tertentu (ras, agama, gender, orientasi seksual, status sosial, penampilan fisik, disabilitas). Pelaku merasa mereka superior dan “berhak” merendahkan atau mendiskriminasi orang yang berbeda dari mereka.

2. Faktor Sosial dan Lingkungan (Bagaimana Lingkungan Berkontribusi?):

  • Tekanan Teman Sebaya (Peer Pressure) atau Dinamika Kelompok: Terutama di kalangan remaja, perundungan bisa terjadi karena seseorang ingin diterima atau meningkatkan statusnya di dalam kelompok. Mengikuti teman-teman dalam merundung orang lain bisa terasa seperti cara untuk cocok atau tidak menjadi target selanjutnya.
  • Normalisasi Perilaku Bully: Di lingkungan di mana perundungan tidak ditangani dengan serius, diabaikan, atau bahkan ditoleransi (misalnya, di sekolah, tempat kerja dengan budaya toksik, atau platform online tertentu), perilaku ini bisa dianggap “normal” atau “bagian dari situasinya”. Hal ini memberikan pesan kepada pelaku bahwa tindakan mereka bisa diterima atau tidak akan ada konsekuensi serius.
  • Kurangnya Pengawasan dan Intervensi: Ketika orang dewasa yang berwenang (guru, orang tua, atasan) tidak hadir, tidak peka, atau gagal mengintervensi saat melihat perundungan, ini secara tidak langsung mendorong pelaku dan membuat korban merasa tidak terlindungi.
  • Perilaku yang Dipelajari: Seseorang bisa belajar berperilaku bully dari mengamati orang lain di sekitarnya, termasuk orang tua, saudara kandung, teman, atau bahkan tokoh di media yang menggunakan agresi atau dominasi untuk mendapatkan apa yang mereka mau.

3. Faktor Lingkungan Khusus (Mengapa Terjadi pada Orang Dewasa?):

  • Budaya Tempat Kerja yang Toksik: Lingkungan kerja yang sangat kompetitif, kurangnya komunikasi yang sehat, kepemimpinan yang buruk, atau budaya yang menoleransi gosip, intrik, dan menjatuhkan rekan kerja bisa menjadi lahan subur bagi perundungan antar orang dewasa.
  • Anonimitas Online: Di dunia maya, anonimitas atau pseudonim memberikan keberanian bagi sebagian orang untuk melontarkan komentar menyakitkan, menyebarkan kebohongan, atau mengancam tanpa merasa bertanggung jawab seperti di dunia nyata.
  • Struktur Kekuasaan: Dalam relasi atasan-bawahan, senior-junior, atau posisi apa pun di mana ada ketidakseimbangan kekuatan, pihak yang memiliki kekuasaan lebih tinggi bisa menyalahgunakan posisinya untuk menindas atau memanipulasi yang lebih lemah.

Secara umum, perundungan terjadi karena adanya kombinasi kompleks antara kerentanan psikologis pada individu pelaku yang berinteraksi dengan dinamika sosial dan lingkungan di sekitarnya. Ini adalah perilaku yang merugikan yang tidak hanya menyakiti korban secara fisik dan mental, tetapi juga mencerminkan masalah yang lebih dalam pada diri pelaku dan/atau lingkungan tempat perundungan terjadi.

bagaimana mengatasi nya jika kita di pihak yang di bully bahkan dalam hal paling ekstrem ?

Menghadapi perundungan, apalagi dalam situasi yang paling ekstrem, adalah pengalaman yang sangat berat, menyakitkan, dan bisa membahayakan. Penting untuk diingat bahwa Anda BUKAN penyebab perundungan itu, dan Anda tidak pantas diperlakukan seperti itu. Mengatasi situasi ini membutuhkan kombinasi strategi untuk memastikan keselamatan diri, mencari bantuan, dan menyembuhkan dampak emosionalnya.

Berikut adalah langkah-langkah yang bisa Anda ambil secara mendetail, terutama jika Anda berada dalam situasi perundungan yang ekstrem:

1. Keselamatan Adalah Prioritas Utama:

  • Menjauh dari Situasi Berbahaya: Jika perundungan melibatkan ancaman fisik atau kekerasan, prioritas pertama adalah menjauh dari pelaku dan lokasi di mana perundungan terjadi secepat dan seaman mungkin.
  • Cari Tempat Aman Segera: Pergi ke tempat di mana Anda merasa aman, misalnya rumah, rumah teman atau anggota keluarga yang dipercaya, atau tempat publik yang ramai.
  • Jika Terancam Fisik: Hubungi Pihak Berwenang (Polisi): Dalam kasus perundungan ekstrem yang melibatkan kekerasan fisik, ancaman serius, atau tindakan ilegal lainnya, jangan ragu untuk segera menghubungi polisi atau pihak keamanan setempat. Ini bukan “melapor hal kecil”, ini melindungi diri Anda dari bahaya.

2. Mencari Pertolongan dan Melapor:

  • Beri Tahu Orang yang Anda Percaya: Segera ceritakan apa yang terjadi kepada seseorang yang sangat Anda percaya – orang tua, anggota keluarga, teman dekat, guru BK (jika masih sekolah), konselor, atasan HRD (jika di tempat kerja), atau pemuka agama. Pilih orang yang Anda yakin akan mendukung dan membantu Anda.
  • Lapor ke Institusi/Otoritas Terkait: Jangan hanya bercerita, laporkan insiden perundungan secara resmi kepada pihak yang berwenang di lingkungan tempat perundungan terjadi.
    • Di Sekolah/Kampus: Lapor ke guru, wali kelas, konselor sekolah, kepala sekolah, atau bagian kemahasiswaan.
    • Di Tempat Kerja: Lapor ke atasan langsung (jika bukan dia pelakunya), departemen HRD, atau manajemen tingkat atas.
    • Di Komunitas/Online: Laporkan ke admin grup, moderator, atau platform terkait. Jika melibatkan tindak kriminal, tetap lapor ke polisi.
  • Bersikeras dan Jangan Menyerah: Kadang laporan pertama tidak ditanggapi serius. Jangan menyerah. Teruslah berbicara dengan orang lain, tingkatkan laporan Anda ke tingkat yang lebih tinggi jika perlu, sampai ada tindakan nyata yang diambil untuk menghentikan perundungan dan memastikan keselamatan Anda.
  • Cari Bantuan dari Lembaga atau Organisasi: Ada banyak organisasi anti-bullying atau lembaga bantuan hukum/sosial yang bisa memberikan dukungan, nasihat, dan bantuan dalam proses pelaporan atau penanganan hukum jika diperlukan.

3. Dokumentasi Bukti:

  • Catat Setiap Kejadian: Tulis detail setiap insiden perundungan: tanggal, waktu, tempat, apa yang dikatakan atau dilakukan pelaku, siapa saja yang menyaksikan (jika ada), dan bagaimana perasaan Anda setelahnya. Catat segera setelah kejadian selagi ingatan masih segar.
  • Simpan Bukti Fisik atau Digital:
    • Pesan teks, email, postingan media sosial, atau komentar yang mengancam/menghina (ambil screenshot atau foto).
    • Foto atau video jika memungkinkan (dilakukan dengan aman).
    • Laporan medis jika ada cedera fisik akibat perundungan.
    • Benda-benda yang dirusak oleh pelaku bully.
  • Pentingnya Dokumentasi: Bukti ini sangat penting saat Anda melapor ke pihak berwenang, institusi, atau jika perlu menempuh jalur hukum.

4. Mengatasi Dampak Emosional dan Psikologis:

  • Cari Dukungan Profesional Kesehatan Mental: Perundungan ekstrem bisa menyebabkan trauma, kecemasan, depresi, masalah tidur, dan masalah kesehatan mental lainnya. Segera cari bantuan dari psikolog atau terapis. Mereka bisa membantu Anda memproses pengalaman traumatis, membangun kembali harga diri, dan mengembangkan strategi koping yang sehat.
  • Akui Perasaan Anda: Izinkan diri Anda merasakan kemarahan, kesedihan, ketakutan, atau kebingungan. Validasi perasaan Anda; itu adalah respons normal terhadap situasi abnormal.
  • Latihan Perawatan Diri (Self-Care): Meskipun sulit, coba prioritaskan kebutuhan dasar Anda: makan teratur dan bergizi, cukup tidur, dan usahakan tetap aktif secara fisik (meskipun hanya jalan santai). Kegiatan ini membantu menjaga kesehatan fisik dan mental.
  • Lakukan Hal yang Anda Nikmati: Coba kembali melakukan hobi atau aktivitas yang dulu Anda sukai (meskipun terasa sulit atau tidak menyenangkan pada awalnya). Hal ini bisa menjadi pengalih perhatian dan sumber energi positif.

5. Bangun Sistem Pendukung:

  • Habiskan Waktu dengan Orang-orang yang Mendukung: Berada di dekat orang yang peduli, mendengarkan Anda tanpa menghakimi, dan membuat Anda merasa aman bisa sangat membantu pemulihan.
  • Hindari Isolasi: Meskipun mungkin terasa sulit, jangan menarik diri dari orang-orang yang pedukung Anda. Isolasi bisa memperburuk perasaan depresi dan kesepian.

6. Prioritaskan Kesehatan dan Pemulihan Diri:

  • Batasi Interaksi dengan Pelaku: Jika memungkinkan, kurangi atau putuskan kontak dengan pelaku perundungan. Di lingkungan seperti sekolah atau kantor, cari cara untuk meminimalkan interaksi jika pihak berwenang belum bisa menghentikannya sepenuhnya.
  • Pertimbangkan Pindah Lingkungan (Jika Sangat Diperlukan): Dalam kasus perundungan ekstrem yang tidak terselesaikan dan membuat lingkungan tersebut (sekolah, tempat kerja) menjadi sangat toksik dan membahayakan kesehatan mental/fisik Anda, pertimbangkan opsi untuk pindah lingkungan jika memungkinkan. Ini adalah langkah terakhir, tetapi terkadang perlu demi keselamatan dan pemulihan jangka panjang.
  • Fokus pada Penyembuhan: Proses pemulihan dari perundungan, terutama yang ekstrem, membutuhkan waktu. Beri diri Anda waktu dan ruang untuk menyembuhkan luka emosionalnya.

Mengalami perundungan ekstrem adalah pengalaman yang berat. Ingatlah bahwa mencari bantuan adalah langkah yang kuat dan penting. Anda berhak merasa aman, dihormati, dan hidup tanpa rasa takut.


Eksplorasi konten lain dari Goonung

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.

Atas ↑